TDC-Siti, Warga Kampung Banjar Sari RT.009/003, Desa Bumi Tinggi, Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten Lampung Timur 20 tahun lumpuh bersama dua orangtuanya penyandang difabel.
Sebelum terbaring lumpuh selama 20 tahun, Siti merupakan pekerja keras yang tak kenal lelah.
Siti selalu bekerja keras sepanjang hidupnya hingga menjadi tenaga kerja wanita (TKW) sejak usia 19 tahun.
Hal itu adalah salah satu ikhtiarnya untuk bisa membahagiakan orangtua terutama ayahnya yang merupakan penyandang difabel.
Sayangnya saat itu, nasib naas menimpa Siti, ia divonis alami kelumpuhan hingga hanya bisa terbaring selama 20 tahun lamanya.
Awalnya, Siti hanya mengalami keram di tangannya, namun rasa sakitnya tak kunjung hilang bahkan hanya semakin parah dari hari ke hari.
Saat melakukan pemeriksaan medis, dokter mengatakan bahwa Siti mengidap asam urat.
Namun, karena pengobatan yang dilakukan terlambat, kondisi Siti semakin parah hingga harus mengalami kelumpuhan.
Yang semekin memilukan lagi, Siti tinggal bersama sang ibu dan ayahnya yang menjadi difabel setelah mengalami syaraf kejepit.
Ketidakberdayaan secara ekonomi membuat Siti terpaksa menghentikan pengobatan dan hanya dirawat alakadarnya di rumah.
Kondisi Siti yang kian memprihatinkan membuat ia tak bisa menjalani kehidupan normal seperti sedia kala.
Ia bahkan tak bisa merasakan bahagianya menikah dan memiliki keluarga.
Namun, di tengah keterbatasannya untuk beraktivitas, Siti masih semangat beribadah.
Ia paksakan tangannya yang kaku untuk bergerak dan bersujud di posisi terbaring. Ia juga selalu menyempatkan waktu untuk mengaji.
Satu-satunya mata pencaharian keluarga Siti adalah dari warung kecil yang dikelola oleh sang ibu.
"Hasil warung enggak seberapa. Kadang abis dipake sehari-hari," ucap Sarah, ibunda Siti.
Barang-barang di warung tersebut juga terlihat banyak yang kosong karena Bu Sarah tak memiliki cukup biaya untuk mengisi warung.
Jika Sarah sedang sibuk mengelola warung kecilnya, ayah Siti yakni Enjen lah yang merawatnya.
Dengan badan yang merangkak, sang ayah merawat anaknya yang kini tak bisa bergerak tersebut dengan penuh kasih sayang.
“Sedih liat anak saya cuma bisa tiduran," kata Enjen yang merasa bersalah karena belum bisa lagi mewujudkan pengobatan untuk anaknya.
Selain itu, Enjen mengungkapkan bahwa ia belum mampu menyewa mobil untuk membawa Siti ke rumah sakit.
Karena itu, ia membutuhkan uluran tangan dermawan yang bersedia membantu keluragnya.(red/TDC)***